Skip to main content

Kitab Omon-Omon, Antologi Puisi Humor Politik

 



Judul: Kitab Omon-Omon, Antologi Puisi Humor Politik
Penulis: Acep Syahril et.al.
Editor: Ons Untoro, Joshua Igho, Indro Suprobo
Isi: 14 X 20 cm, xxii + 160 hlm 
Cetakan Pertama: November 2025
Penerbit: Tonggak Pustaka

Puisi Humor Politik

Tema ini mengandung tiga kata. Masing-masing kata memiliki makna sendiri. Artinya, kalau masing-masing kata dipisah memiliki pengertiannya sendiri: Puisi, Humor dan Politik. Namun ketiga kata dijadikan satu tema, sesungguhnya sudah memiliki kelucuan tersendiri. Puisi humor sekaligus menggelitik bukan sesuatu yang baru. Setidaknya ditahun 1970-an ada puisi jenis itu, yang dikenal dengan istilah puisi mbeling. Dalam puisi ini kita menemukan puisi yang ditulis secara nakal, atau mbeling dalam bahasa Jawa, namun tidak norak, atau kasar. Malah mengandung kelucuan. Ada suasana humor, yang tidak hanya mengudang tawa. Namun juga menghadirkan suasana getir. Tidak mudah menulis puisi humor, apalagi penyair yang tidak terbiasa bergurau. Karena itu, puisi humor politik seringkali berupa kritik sosial atau sindiran, yang disana sini dimaksudkan untuk mengundang tawa bagi pembaca. Bisa jadi, yang dihasilkan dahi berkerut ketimbang tertawa spontas. Namun, setelah memahaminya, tertawanya muncul. Jadi, lucunya ditangkap belakangan. Selama ini, puisi yang ditulis jenis puisi serius. Seolah, kalau ada puisi yang tidak serius dianggapnya bukan sebagai puisi. Humor dalam puisi, agaknya, dianggap haram oleh penyair. Seringkali ditemukan puisi yang mengundang gelak tawa ketika dibacakan, padahal puisinya tidak bermaksud untuk lucu, melainkan menyampaikan kritik sosial. Karena mungkin pilihan katanya, dikenali, sehingga ketika dibacakan terasa ada humornya, misalnya puisi Negeri Haha Hihi karya K.H. Mustofa Bistri. Puisi tidak harus selalu serius, dan serius belum tentu dalam. Malah seringkali ditemukan puisi yang seolah serius hanya karena kalimatnya sulit dimengerti, yang sering disebut sebagai puisi gelap. Bagi Remy Sylado, puisi gelap hanya dimengrti oleh dua orang, pertamua penyairnya, kedua Iblis. Bagaimana kalau puisi humor, tapi tidak menghadirkan tawa bagi pembacanya. Itulah letak lucunya: humor tapui tidak lucu. Menggelikan bukan? Puisi humor politik yang diberi judul ‘Kitab Omon-Omon’ menyajikan suasana humor sekaligus kritik sosial. Namun, rasanya, bobot kritik sosialnya lebih tebal. Silahkan menikmati puisi-puisi dalam buku ini.