Buku puisi ini kita beri judul ‘Empat Belas Purnama’, yang tidak ditambahi kata tahun. Karena purnama tidak (selalu) menunjuk Sastra Bulan Purnama. Melainkan purnama bisa dimengerti sebagai keindahan dan sejenisnya, dan persahabatan yang menyenangkan, saling mengisi dan meneguhkan seperti ditaburi empat belas purnama.
Sebut saja, purnama merupakan imajinasi yang menyejukan dan indah dilihat dari jauh, seolah seperti rembulan. Bisa kita bayangkan, bagaimana kalau persahabatan dipenuhi rembulan. Tak ada siasat, tak ada dominasi dan merasa paling hebat sendiri, atau harus selalu diikuti keinginannya. Kondisi semacam ini tidak membetuk persahabatan rembulan. Yang terjadi malah sebaliknya: retak, pecah, patah
Jadi, empat belas purnama mengitari persahabatan kita, dan sama-sama kita jaga, agar satu dari 14 purnama tidak dikuasi seserong. Salah satu bentuk menjaga ialah dengan buku puisi, agar masing-masing saling mengingat dan mengenal lebih dekat.
Kita tinggal di satu rumah yang sama, ialah Indonesia. Di rumah Indonesia ada tanaman yang tumbuh, namanya tanaman sastra. Bunga dari tanaman sastra dikenal dengan nama puisi, ada juga yang namanya cerpen. Tanama sastra, agar terus tumbuh dan berkembang dirawat dan dihidupi oleh komunitas, salah satu komunitas, yang sudah 14 tahun menjaga, merawat dan menghidupi dikenal dengan nama Sastra Bulan Purnama.
Maka, mari kita jaga, agar tanaman sastra terus tumbuh dan berkembang di rumah Indonesia. Meskipun kekuasaan atau aparatus yang diberi wewenang acapkali tidak ambil peduli terhadap tanaman sastra. Hanya seolah peduli, sambil dibebani proyek pengembangan dan sejenisnya.
Sekali lagi, mari kita jaga tanaman sastra sambil memupuk tanah persahabatan.